Senin, 18 Agustus 2008

Apa Peran Terarium dalam Global Warming


Judul di atas adalah salah satu pertanyaan menarik yang dilontarkan seorang pengunjung pada saat bazar di Green Festival bulan April yang lalu.



Kalau meninjau tulisan tentang Terarium di Kompas sebelum Green Festival, maka Terarium adalah salah satu alternatif untuk tetap bisa menanam walaupun tidak punya lahan.



Salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi masalah Global Warming adalah menanam pohon. Tujuan menanam pohon sudah jelaskan, untuk menambah suplai oksigen di udara, apakah ada artinya suplai oksigen dari tanaman kaktus or sukulen yang mungil-mungil dalam terarium?



Nah lu, beratkan pertanyaannya, karena terus terang saja saya belum pernah menyelidiki berapa sumbangan oksigen dari satu terarium kecil or dari satu terarium besar. Apalagi kalau dilihat bahwa tanaman dalam terarium ada dalam wadah kaca dengan lubang yang kecil, apakah ada oksigen yang bisa keluar? Waduh, pertanyaannya makin sulit aja



Tetapi kembali ke asal mula kami membuat terarium, pertama-tama adalah karena kami mencintai tanaman. Mencintai tanaman tersebut membuat saya selalu ingin menanam dan menanam. Sebelumnya saya selalu tinggal di rumah yang ada halamannya, sehingga hobi menanam dapat tersalurkan. Tetapi semenjak tinggal di apartemen, ada tantangan tersendiri untuk tetap mempunyai banyak tanaman dengan kondisi rumah yang relatif kecil dan tidak ada halaman.




Tanaman dalam pot sudah banyak ada di rumah, bahkan pernah suatu waktu saya mempunyai dua pot tanaman palem kuning setinggi 1 meter dalam ruang keluarga yang cuma berukuran 3m x 5m. Kebayang kan tiba-tiba ruang keluarga menjadi seperti hutan. Karena masih ada 4 atau 5 tanaman Aglaonema dalam pot di atas meja, rak buku, kulkas dan meja makan. Selain itu di teras yang berukuran 1m x 3m saya juga masih punya koleksi aneka tanaman, berbagi tempat dengan rak sepatu dan jemuran. Wah nyaman sekali waktu itu.




Kemudian saya mulai tertarik dengan tanaman yang perawatannya minim tapi tetap indah dipandang, yaitu kaktus. Hanya sayang tanaman itu tidak bisa dibelai-belai karena ada durinya. Jadilah tanaman kaktus itu dimasukkan dalam wadah gelas supaya tetap indah dipandang dan aman dari tusukan durinya. Ternyata selain kaktus ada jenis sukulen, bromelia dan sanseviera yang juga bisa dijadikan terarium, jadi makin segar kan terariumnya. Karena bayangan kaktus dari daerah tandus tidak dominan lagi dengan kombinasi tanaman lainnya.


Jadi kalo ditanyakan lagi apa peran terarium dalam mengatasi global warming, saya cuma bisa menjawab agar semua orang dapat lebih mencintai tanaman dan paling tidak punya satu tanaman hidup dalam rumah atau ruang kerjanya. Karena menurut saya pribadi, sekecil apapun tanaman hidup dalam suatu ruangan tetap akan memberikan sedikit kesejukan, baik mata maupun udara sekitarnya.



Tidak ada komentar: